Artificial Intelligence (AI) dan Dampaknya terhadap Lingkungan
Pengantar
Dalam era perkembangan teknologi yang begitu pesat, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi topik yang selalu menarik untuk dibahas. Namun, seiring dengan kemajuan AI, muncul pula dampak negatif terhadap lingkungan yang perlu kita perhatikan.
Energi yang Digunakan oleh AI
Setiap kemampuan baru yang dimiliki oleh AI tidaklah gratis. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa pembuatan dua gambar saja dapat menghabiskan energi sebanyak mengisi daya smartphone. Bahkan, pertukaran chat dengan ChatGPT saja dapat memerlukan sebotol air untuk mendinginkan server yang dipanaskan akibat aktivitas AI.
Selain itu, sektor AI global diperkirakan akan menghabiskan listrik sebanyak yang dihabiskan Belanda setiap tahunnya pada tahun 2027. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan AI secara masif berpotensi menimbulkan masalah energi yang serius.
Dampak AI terhadap Tumpukan Sampah Elektronik
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Nature Computational Science mengidentifikasi dampak AI terhadap tumpukan sampah elektronik dunia yang terus meningkat. Aplikasi AI generatif sendiri diperkirakan dapat menambah 1,2 juta hingga lima juta metrik ton sampah berbahaya ke Bumi pada tahun 2030.
Produk-produk elektronik yang dibuang secara tidak benar dapat mencemari udara, air, dan tanah. Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa sekitar 78% limbah elektronik dunia berakhir di tempat pembuangan sampah atau di tempat daur ulang tidak resmi.
Perluasan Penggunaan AI dan Masalah Lingkungan
Ledakan penggunaan AI di seluruh dunia juga mempengaruhi perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan teknologi ini. Perangkat keras seperti server, unit pemrosesan grafis, dan komponen lainnya cenderung memiliki umur pakai yang singkat.
Peneliti keberlanjutan di Reichman Israel University, Asaf Tzachor, menekankan pentingnya memantau dan mengurangi dampak lingkungan dari teknologi AI. Para peneliti memperingatkan bahwa penggunaan AI generatif dapat memberikan kontribusi besar terhadap masalah limbah elektronik.
Ruang Lingkup Studi tentang Dampak AI
Tzachor dan rekan-rekannya melakukan penelitian untuk mengidentifikasi jenis dan volume perangkat keras yang digunakan untuk menjalankan model bahasa besar, lamanya waktu komponen-komponen tersebut bertahan, dan tingkat pertumbuhan sektor AI generatif.
Mereka juga mempertimbangkan faktor-faktor tambahan yang dapat memengaruhi prediksi mereka. Misalnya, inovasi desain perangkat keras dapat mengurangi limbah elektronik dalam sistem AI tertentu, namun kemajuan teknologi lainnya dapat meningkatkan penggunaan AI.
Langkah Menuju Solusi
Shaolei Ren, seorang peneliti di University of California, Riverside, AS, menyoroti pentingnya memperlambat pertumbuhan perusahaan AI generatif demi keberlanjutan lingkungan. Beberapa perusahaan besar seperti Microsoft dan Google telah berkomitmen untuk mencapai nol limbah dan nol emisi bersih pada tahun 2030.
Perusahaan yang menggunakan AI memiliki berbagai pilihan untuk meminimalkan limbah elektronik. Perawatan rutin dan pembaruan perangkat keras, serta penggunaan kembali komponen yang sudah tidak terpakai, adalah beberapa strategi yang dapat diimplementasikan.
Kesimpulan
Dampak AI terhadap lingkungan merupakan isu yang perlu mendapat perhatian serius. Dengan langkah-langkah yang tepat dan komitmen dari berbagai pihak, kita dapat meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi AI.
Dengan demikian, penting bagi seluruh pihak terkait untuk bekerja sama dalam mengembangkan solusi yang berkelanjutan demi melindungi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan. Semoga kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dapat terus meningkat, sehingga kita dapat menjaga keberlanjutan planet yang kita huni.